Pertanyaan yang selalu muncul dibenak saya sejak tahun 2006 hingga kini, saat pulang ke rumah bapak-ibu tercinta di dusun Blaraksari, desa Sukoharjo, kecamatan Tirtomoyo, Kab. Wonogiri, Jawa Tengah melihat mobil 3/4 bak terbuka membawa tanah lempung merah setiap hari berlalu-lalang di depan rumah, entah berapakali lewat dalam sehari. Sayapun bergerak untuk bertanya banyak tentang ekplorasi tanah (sebagai bahan baku genting di desa wiroko) yang membabibuta tersebut kepada asalah satu "tim angkut tanah" yang kebetulan aku kenal dengan inisial "N".
Sungguh fantastis dari keterangan yang terhimpun mereka dalam sehari bisa mengangkut tanah rata-rata 15x angkut, padahal jumlah armada angkutnya sebanyak 3-5 mobil (daya tampung 7-10 kubik/mobil). Bisa anda bayangkan dalam musim kemarau saat itu saja (4 bulan efektif) sekitar 70.000 - 100.000 kubik dalam satu musim yang dieksplorasi dari desa sukoharjo saja.
Dari sedikit uraian di atas kiranya layak kita mempertanyakan sampai kapan eksistensi industri genteng di wiroko bertahan?
Dampak Positif
Tidak disangkal bahwa keberadaan industri genteng di wiroko saat ini sangat berarti bagi perekonomian desa wiroko dan desa sekitar walaupun dampak negatif juga tak kalah besar (akan dipaparkan lebih lanjut). Pertama, penyerapan tenaga kerja di wiroko dan daerah sekitar bahkan kabupaten sekitar (terutama tenaga non formal) yang selama ini notabene-nya berpendapatan rendah. Kedua, aspek sosial budaya yang semakin komplek dengan keberadaan tenaga kerja tersebut sehingga terjadi akulturasi budaya yang baru. Ketiga, Meningkatnya daya beli masyarakat desa sentra industri genteng (indikator yang jelas tampak adalah banyak bermunculannya penjual makanan hingga larut malam) sehingga giat perekonomian di desa tersebut tampak. Keempat, Efek take and give........masih akan dilanjutkan.
Sungguh fantastis dari keterangan yang terhimpun mereka dalam sehari bisa mengangkut tanah rata-rata 15x angkut, padahal jumlah armada angkutnya sebanyak 3-5 mobil (daya tampung 7-10 kubik/mobil). Bisa anda bayangkan dalam musim kemarau saat itu saja (4 bulan efektif) sekitar 70.000 - 100.000 kubik dalam satu musim yang dieksplorasi dari desa sukoharjo saja.
Dari sedikit uraian di atas kiranya layak kita mempertanyakan sampai kapan eksistensi industri genteng di wiroko bertahan?
Dampak Positif
Tidak disangkal bahwa keberadaan industri genteng di wiroko saat ini sangat berarti bagi perekonomian desa wiroko dan desa sekitar walaupun dampak negatif juga tak kalah besar (akan dipaparkan lebih lanjut). Pertama, penyerapan tenaga kerja di wiroko dan daerah sekitar bahkan kabupaten sekitar (terutama tenaga non formal) yang selama ini notabene-nya berpendapatan rendah. Kedua, aspek sosial budaya yang semakin komplek dengan keberadaan tenaga kerja tersebut sehingga terjadi akulturasi budaya yang baru. Ketiga, Meningkatnya daya beli masyarakat desa sentra industri genteng (indikator yang jelas tampak adalah banyak bermunculannya penjual makanan hingga larut malam) sehingga giat perekonomian di desa tersebut tampak. Keempat, Efek take and give........masih akan dilanjutkan.
No comments:
Post a Comment