Wednesday, March 26, 2008

Bencana longsor ancam Dusun Tukluk,

Tanjungsari-Tirtomoyo (Espos)--Bencana tanah longsor mengancam warga RT 04/RW V, Dusun Tukluk, Tanjungsari, Kecamatan Tirtomoyo, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. Sedikitnya 23 kepala keluarga (KK) dengan total 83 jiwa di dusun itu terpaksa diungsikan.

Pantauan Espos di lokasi, Sabtu (22/3), sejumlah batu berukuran raksasa di kawasan perbukitan berada dalam posisi sangat kritis. Tanah yang menyangga batuan itu longsor. Tepat di bawahnya, terdapat puluhan rumah warga dalam posisi terancam.

"Jika hujan deras mengguyur sekali lagi saja, kami prediksikan batu raksasa itu akan menggelinding dari bukit dan menerjang permukiman warga. Makanya, Jumat (21/3) kemarin warga kami minta mengungsi ke permukiman warga lainnya yang aman," ujar Kepala Dusun Tukluk, Supino, Sabtu.

Akibat musibah itu, rumah 20-an warga terpaksa dikosongkan dan dusun tersebut dinyatakan dalam posisi siaga satu. Kendati tidak menelan korban jiwa, sebanyak 86 KK terancam kesulitan air bersih lantaran saluran air bersih menuju dusun itu terputus total.

Pipa-pipa air menuju dusun rusak tertimbun bebatuan dan tanah longsor. "Saat ini, warga terpaksa ngangsu air dari sumber lain, bukan lagi memakai sumber air yang masuk dari pipa ke rumah mereka. Kondisi ini memang cukup merepotkan,” sambung Supino.

Menurut keterangan warga bernama Tarno, longsor terjadi Jumat (21/3) malam sekitar pukul 21.00 WIB. Sebelumnya, hujan mengguyur sejak Jumat siang. "Saat hujan reda, tiba-tiba terdengar suara gemuruh disusul ledakan. Seluruh warga spontan berhamburan keluar rumah,” terangnya.

Oleh: Aries Susanto

Monday, March 24, 2008

Longsor lagi di Tirtomoyo

Tanah longsor Jumat (22/3) malam lalu, memantapkan posisi Kecamatan Tirtomoyo sebagai wilayah paling rawan tanah longsor dan banjir di Wonogiri. Pasalnya, beberapa jam sebelum bencana di Tukluk juga terjadi tanah longsor di Dusun Ngepring, Desa Genengharjo. Dengan tambahan itu, sejak 26 Desember 2007 sampai kemarin, tidak kurang dari 314 kepala keluarga (KK) di Tirtomoyo menjadi korban tanah longsor dan banjir.

Tanah longsor di Dusun Ngepring terjadi Jumat sekitar pukul 15.15. Longsoran lumpur dan batuan menghantam rumah milik Sutar, 60, warga Ngepring RT 01 RW 01. Material itu membuat rumah Sutar rusak parah.

Dengan tambahan dua bencana alam itu, Camat Tirtomoyo Drs Tardjo Harsono mengatakan, selama Februari sampai Maret 2008 terjadi empat kali longsor. Yakni pada 27 Februari, 10 Maret, 12 maret dan 22 Maret. "Total jumlah korban empat bencana itu 12 KK," jelas Tardjo.

Padahal, sejak 26 Desember 2007 sampai akhir Januari 2008, serangkaian bencana alam terutama tanah longsor dan banjir juga sering terjadi.

Data di kecamatan, dalam rentang waktu itu, bencana alam membuat sengsara 302 KK. Sehingga jika ditotal sejak 26 Desember 2007 sampai kemarin, bencana berdampak terhadap 314 KK.

"Dari 14 desa/kelurahan di Tirtomoyo tidak ada yang belum kena bencana. Maka kami selalu mengimbau warga meningkatkan kewaspadaan," pinta Tardjo. Tirtomoyo rawan bencana karena dikelilingi oleh perbukitan. Banyak dusun atau desa yang berada di lereng bukit.

Coba anda renungkan! Apa yang terjadi di Tirtomoyo selain faktor geologis pada lempeng ponorogo yang rawan terjadi pergerakan tanah apalagi karakteristik perbukitan yang sangat memungkinkan potensi longsor, juga faktor manusia yang kurang memperhatikan dampak lingkungan dalam memanfaatkan potensi alam seperti eksplorasi tanah bahan baku genteng untuk industri genteng wiroko. Fakta, industri genteng wiroko saat ini tidak mengambil bahan baku di wilayahnya sendiri tapi justru dari desa sekitarnya seperti desa sukoharjo, hargorejo, genengharjo dsb.

Dengan ekplorasi tanah membabibuta pad daerah perbukitan jelaslah potensi apa yang akan dihadapi oleh daerah seperti di desa sukoharjo, hargorejo, genengharjo dsb tersebut. Renungkan sekali lagi!!! (red)

Sunday, March 23, 2008

Eksistensi Industri Genteng Taman Wiroko....Bisakah Bertahan?
Pertanyaan yang selalu muncul dibenak saya sejak tahun 2006 hingga kini, saat pulang ke rumah bapak-ibu tercinta di dusun Blaraksari, desa Sukoharjo, kecamatan Tirtomoyo, Kab. Wonogiri, Jawa Tengah melihat mobil 3/4 bak terbuka membawa tanah lempung merah setiap hari berlalu-lalang di depan rumah, entah berapakali lewat dalam sehari. Sayapun bergerak untuk bertanya banyak tentang ekplorasi tanah (sebagai bahan baku genting di desa wiroko) yang membabibuta tersebut kepada asalah satu "tim angkut tanah" yang kebetulan aku kenal dengan inisial "N".
Sungguh fantastis dari keterangan yang terhimpun mereka dalam sehari bisa mengangkut tanah rata-rata 15x angkut, padahal jumlah armada angkutnya sebanyak 3-5 mobil (daya tampung 7-10 kubik/mobil). Bisa anda bayangkan dalam musim kemarau saat itu saja (4 bulan efektif) sekitar 70.000 - 100.000 kubik dalam satu musim yang dieksplorasi dari desa sukoharjo saja.
Dari sedikit uraian di atas kiranya layak kita mempertanyakan sampai kapan eksistensi industri genteng di wiroko bertahan?

Dampak Positif
Tidak disangkal bahwa keberadaan industri genteng di wiroko saat ini sangat berarti bagi perekonomian desa wiroko dan desa sekitar walaupun dampak negatif juga tak kalah besar (akan dipaparkan lebih lanjut). Pertama, penyerapan tenaga kerja di wiroko dan daerah sekitar bahkan kabupaten sekitar (terutama tenaga non formal) yang selama ini notabene-nya berpendapatan rendah. Kedua, aspek sosial budaya yang semakin komplek dengan keberadaan tenaga kerja tersebut sehingga terjadi akulturasi budaya yang baru. Ketiga, Meningkatnya daya beli masyarakat desa sentra industri genteng (indikator yang jelas tampak adalah banyak bermunculannya penjual makanan hingga larut malam) sehingga giat perekonomian di desa tersebut tampak. Keempat, Efek take and give........masih akan dilanjutkan.

Wednesday, March 19, 2008

TAMBANG TIMAH: INVESTOR TANAMKAN MODAL RP 25 MILIAR - Produksi Mineral Logam 100 Ton/Hari

TIRTOMOYO-WONOGIRI;Nop 2007:PT Daya Sakti Unggul Coporindo Tbk yang bergerak di bidang pertambangan melalui PT Tirtomoyo Murni Abadi Group (TMAG) menanamkan investasi membangun perusahaan industri mineral logam di wilayah Kecamatan Tirtomoyo, Kabupaten Wonogiri. Peletakan batu pertama pembangunan pabrik mineral logam senilai Rp 25 miliar itu dilakukan Bupati Wonogiri H Begug Poernomosidi di Dusun Sumbersari, Desa Sendangmulyo, Tirtomoyo, Selasa (27/11).

Direktur PT TMAG Nurhadi Purwanto maupun Komisaris Utama PT Daya Sakti Unggul Coporindo (DSUC) Tbk Budhi Surya, melaporkan, meski daerah Kabupaten Wonogiri khususnya wilayah Tirtomoyo dikenal gersang dan tandus namun ternyata memiliki potensi tambang batu-batuan terutama mineral logam yang luar biasa. Perusahaan yang sudah mulai beroperasi di Karangtengah Wonogiri ini, memiliki kapasitas produksi tembaga, timah maupun seng sedikitnya 100 ton/hari.

Sementara limbah padat industri pertambangan PT TMAG tersebut bisa kita olah menjadi batako,� ungkap Budhi Surya, pengusaha asal Surabaya seraya menambahkan jika perusahaan yang dibangun ini selesai 9 bulan lagi diharapkan mampu menampung 300 tenaga kerja setempat.
Lebih 20 Tahun

Dalam percakapan dengan KR, Nurhadi mengungkapkan, deposit bahan tambang logam yang ada di sekitar kawasan Tirtomoyo hingga Karangtengah tidak bakal habis dieksplorasi selama 20 tahun dengan angka produksi 100 ton/hari. Selaku investor, pihaknya salut terhadap sambutan Pemerintah Kabupaten Wonogiri maupun jajaran perangkat Desa Sendangmulyo Tirtomoyo yang telah memberikan izin pembangunan industri logam di atas tanah lungguh atau bengkok kepala desa setempat seluas 3,6 hektar.
Pembangunan perusahaan logam PT TMAG Wonogiri ditandai dengan peletakan batu pertama oleh Bupati Begug Poernomosidi, Wakil bupati Wonogiri dr Y Sumarmo dan Komisaris Utama PT DSUC Tbk Budhi Surya.

Di tempat yang sama, bupati secara simbolis menyerahkan surat izin kuasa pertambangan (KP) Pemerintah Kabupaten Wonogiri kepada Direktur PT TMAG Nurhadi Purwanto diteruskan dengan penyerahan bantuan bibit pohon sengon sebanyak 100.000 batang kepada petani di Tirtomoyo dan Karangtengah.
�Mestinya tidak hanya 100 ribu jika perusahaan ini telah membantu Kabupaten Pacitan sebanyak 4 juta batang, maka Wonogiri juga minta dibantu sejumlah itu pula,� komentar Bupati Begug.KR
PERTAMBANGAN RAKYAT DILARANG OPERASI - Tirtomoyo Hasilkan Bahan Amunisi

21/02/2008 TIRTOMOYO-WONOGIRI (KR) - Lokasi pertambangan galena (timbal sulfida) di Desa Dlepih, Kecamatan Tirtomoyo, Kabupaten Wonogiri, menjadi rebutan antara masyarakat desa (pertambangan rakyat) dengan sejumlah perusahaan yang mengklaim memiliki izin resmi Bupati Wonogiri. Belakangan diketahui sedikitnya ada empat perusahaan pertambangan resmi yang beroperasi di daerah penghasil galena tersebut, sedangkan pertambangan rakyat juga ngotot beroperasi karena mengklaim kegiatan mereka lebih awal ketimbang ke empat perusahaan resmi. Pemkab Wonogiri melalui Dinas Lingkungan Hidup Kehutanan dan Pertambangan (LHKP) setempat, mengakui, ke empat perusahaan pertambangan timbal sulfida (bahan baku baterai, solder, tabung televisi, pemberat roda kendaraan hingga amunisi) ini yakni CV Kausar Gemilang Persada, PT Bara Putra Sakti, PT Daya Sakti Krida Unggul serta PT Daya Sakti Unggul Coorporation Tbk. "Sesuai perizinan yang dikeluarkan Kantor Pelayanan Terpadu (KPT) Pemkab Wonogiri selama 1 tahun mereka hanya melakukan pengambilan sampel melalui eksplorasi," ungkap sumber KR di Dinas LHKP Wonogiri, Selasa (19/2). Sementara itu, pertambangan rakyat di Dusun Warak yang melibatkan warga sekitar Dlepih Kahyangan Tirtomoyo meski sudah beberapa kali dilarang tetap saja nekad melakukan pengambilan tambang timbal sulfida secara besar-besaran. Bupati Wonogiri Begug Poernomosidi dalam surat peringatan tertanggal 23 Juli 2007 mendesak agar penyandang dana pertambangan rakyat atas nama Ali Fathoni tinggal di Jakarta, Tukino dan Karyo masing-masing sebagai penanggung jawab pertambangan rakyat serta pemilik lahan menghentikan usaha penambangan galena. "Selain tidak memiliki surat izin resmi kegiatan pertambangan rakyat galena di Tirtomoyo dikategorikan membahayakan serta bisa merusak lingkungan hidup," ungkap sumber tadi mengutip surat teguran Bupati Wonogiri per 23 Juli 2007. Menyusul teguran tadi, pemilik modal asal Jakarta tersebut bersama sejumlah tokoh warga desa mendatangi Kantor Dinas LHKP Wonogiri bermaksud mengajukan izin resmi penambangan galena yang dilaporkan memiliki nilai ekonomis sangat mahal itu hanya dengan menggunakan Badan Hukum Koperasi Rukun Tetangga (RT) setempat. "Karena harus punya reklamasi dan analisa dampak lingkungan (Amdal) maka permohonan izin pertambangan dengan Koperasi RT ditolak karena tidak memenuhi syarat, jika mereka serius kami sudah sarankan agar membuat CV atau PT," tandasnya. (Dsh)-s

Monday, March 17, 2008

70 Warga Ngadirojo keracunan makanan

Tirtomoyo-Wonogiri (Espos)--Sekitar 70 warga Dusun Sasap dan Ploso, Desa Gedong, Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, Selasa (4/3-2008), terpaksa harus dilarikan ke rumah sakit karena diduga keracunan makanan dari pesta pernikahan di Mujing, Desa Banyakprodo, Kecamatan Tirtomoyo, Wonogiri.

Sebagian besar warga dirawat di Rumah Sakit (RS) Medika Mulya, Bulusulur yakni mencapai 40-an warga. Warga lainnya dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Wonogiri, namun datanya belum direkap.

Keluhan yang dirasakan warga umumnya mual, pusing dan demam seusai menghadiri pesta pernikahan di Mujing, Desa Banyakprodo, Kecamatan Tirtomoyo, Wonogiri. Berdasarkan informasi yang dihimpun Espos, salah satu warga Sasap, Gedong, Ngadirojo, Larmo, 29, menikah dengan Haryanti, warga Munjing, Desa Banyakprodo.

Hajatan digelar Senin (3/3) malam. Warga dua dusun di Desa Gedong itu bermaksud mengantar pengantin laki-laki, tradisi yang oleh masyarakat Ngadirojo dikenal dengan istilah grobyokan. Mereka pergi ke Banyakprodo menumpang tiga minibus, yakni dua mobil Suzuki Carry dan satu mobil pikap.

Dua warga Dusun Sasap, Pariman dan Sriyanto, menceritakan sebelum ke Banyakprodo, semua tamu diberi hidangan soto, roti dan minuman teh oleh keluarga mempelai laki-laki. Sedangkan di lokasi hajatan, para tamu mendapat hidangan nasi dengan lauk daging, emping, roti dan pisang.

Seusai hajatan, warga merasakan mual, pusing dan demam. Warga merasakan sakit pada Selasa pukul 02.00 hingga 08.00 WIB. Camat Ngadirojo, Maryanto, mengatakan tim dari Puskesmas sudah mengambil sampel makanan dari rumah pengantin laki-laki dan dikirim ke laboratorium, namun hasilnya belum diketahui.

(Dapat disimpulkan jika warga mujing, Banyakprodo saja tidak ada yang keracunan berarti mereka keracunan makanan bukan dari makanan di pesta pernikahan)-berita ini dimuat di SOLOPOS, 4 maret 2008)

Hanyut di sungai, siswi MTs tewas

Tirtomoyo-Wonogiri (Espos)--Seorang remaja, Siti Asriah, 14, ditemukan tewas di aliran sungai Wiroko, Desa Puter, Desa Hargorejo, Tirtomoyo, Wonogiri, Kamis (14/2) sore. Siswi MTs Al Muarif 2 Sidorejo, Tirtomoyo, itu diduga hanyut setelah tubuhnya terpeleset saat menyeberang sungai.

Keterangan yang diperoleh Espos, Jumat (15/2), korban bersama teman sekolahnya, Yariatus Solekhah, 14, dan menyeberangi Sungai Grigis melalui sebuah jembatan bambu, sekitar pukul 14.00 WIB. Saat melintasi jembatan itu, Siti terpeleset. Upaya Yariatus menolong korban dengan cara menarik bajunya tak berhasil karena korban langsung terjatuh dan hanyut terbawa arus sungai.

Setelah melakukan pencarian beberapa jam oleh warga setempat, Siti diketemukan dalam keadaan tewas sekitar pukul 16.15 WIB, empat kilometer dari lokasi kejadian. Camat Tirtomoyo, Tarjo Harsono dalam laporannya melalui Bagian Humas, Protokol dan Santel Setda Wonogiri, mengatakan, setelah dilakukan pemeriksaan, jenazah korban dibawa oleh keluarganya untuk dimakamkan.

Friday, March 14, 2008

Mendagri Akan Resmikan Relokasi

Relokasi Korban Longsor

TIRTOMOYO-WONOGIRI-Setelah mencanangkan relokasi korban bencana alam di Desa Brenggolo, Kecamatan Jatiroto, kemarin (18/1) Pemkab Wonogiri giliran merancang relokasi di Kecamatan Tirtomoyo. Sebanyak 22 kepala keluarga (KK) korban bencana di Dusun Pagah dan Dusun Sanggrahan, Desa Hargantoro akan dibangunkan rumah sederhana oleh Pemkab.

Untuk keperluan itu, kemarin Bupati Begug didampingi Kepala Dinas Pekerjaan Umum (DPU), Ir Sudaryanto MM, Kepala Bagian Pembangunan, Drs Sungkono, Kepala Bagian Humas, Drs Teguh Setyono dan Camat Tirtomoyo, Drs Tardjo Harsono melakukan survei lokasi.

Lokasi yang disurvei adalah tanah bengkok jatah kepala dusun (Kadus) Pagah. "Korban bencana kami rencanakan dipindah ke sini (bengkok Kadus) dengan sistem tukar guling. Nanti Kadus dicarikan tanah lain," kata Begug.

Seperti yang akan dilaksanakan di Jatiroto, para korban bencana bakal dibangunkan rumah sederhana ukuran 4 X 6 meter. Kemarin, tim teknis telah membagi tanah jatah Kadus menjadi beberapa petak. Meski bangunan rumahnya direncanakan ukuran 4 X 6, para korban bakal mendapat jatah tanah ukuran 8 X 10 meter. "Sebanyak 22 rumah itu dibagi dalam tiga blok, masing-masing blok dibangunkan satu unit sarana MCK (mandi, cuci, kakus). Hitungan kami itu mencukupi," kata Sudaryanto.

Begug meminta selain MCK, warga korban bencana dibangunkan musholla. Kebetulan di dekat lokasi relokasi itu ada musholla. " Perbaiki saja musholla itu," kata Begug.

Tarjo Harsono saat dihubungi koran ini menambahkan, dengan upaya itu berarti derita korban bencana yang kehilangan rumah di daerahnya relatif tertangani. Lalu bagaimana dengan korban di Dusun Semangin, Desa Sendangmulyo? Tarjo mengatakan, pemerintah desa dan kecamatan telah menyiapkan lahan relokasi untuk mereka.

Namun, sebagian besar korban bencana di Semangin punya tanah di lokasi lain. Mereka ingin mendirikan rumah di tanah itu. " Dari sisi ekonomi, warga korban bencana di Semangin lebih lumayan Mas (dibanding Pagah dan Sanggrahan)," kata Tarjo.

Warga hanya minta pemerintah memberikan bantuan uang untuk membangun rumah. "Juga ada famili-famili mereka yang siap membantu. Masalah permintaan bantuan uang itu masih kami bahas," jelas Tarjo.

Seperti ditulis koran ini, warga Semangin sejak beberapa waktu lalu telah mengajukan permohonan relokasi. Kepala Desa Sendangmulyo, Darto juga telah menyiapkan lahan untuk mereka. Namun, relokasi di sana justru belum terlaksana. Kepala Kantor Kesbanglinmas, Margono SH sebelumnya mengatakan, relokasi di Semangin agak ulet karena masih terjadi tarik ulur.

Dengan perencanaan di Tirtomoyo, berarti Pemkab sudah menyusun konsep penanganan korban bencana di dua kecamatan yakni Jatiroto dan Tirtomoyo. Namun, itu bukan berarti persoalan selesai. Masih banyak korban bencana di kecamatan lain menjerit lantaran tidak tahu bagaimana harus menatap masa depan.

Di Kecamatan Ngadirojo misalnya, 9 warga sampai sekarang masih di rumah orang lantaran rumah dan semua perabot miliknya amblas dilahap banjir, 16 Desember 2007 lalu. Nasib serupa dialami banyak warga lain, sebab bencana lalu membawa dampak di 24 dari 25 kecamatan yang ada di Wonogiri.

Program relokasi di Tirtomoyo ternyata juga ada kaitannya dengan rencana kedatangan Menteri Dalam Negeri Mardiyanto. Awalnya, Mardiyanto dijadwalkan meresmikan relokasi di Brenggolo. Namun medan di desa itu sangat berat. Akhirnya muncul ide peresmian relokasi Pagah. Untuk keperluan itulah, relokasi Pagah dipercepat. Pembangunan rumah untuk korban bencana di Pagah dilaksanakan mulai Minggu besok. Dari semua kecamatan terlanda bencana, Tirtomoyo mengalami dampak paling parah. Selain kerusakan harta benda, 16 warga sana tewas. (ito/nan)

Evakuasi Korban Longsor

Evakuasi Semangin Dihentikan

Satu Korban Belum Ditemukan
TIRTOMOYO-WONOGIRI-Setelah melalui serangkaian pertimbangan, Muspika Kecamatan Tirtomoyo, Wonogiri kemarin (6/1) memutuskan operasi resmi pencarian korban tanah longsor di Dusun Semangin, Desa Sendangmulyo Kecamatan Tirtomoyo dihentikan. Sampai saat ini, di titik longsoran itu masih ada satu korban yang belum ditemukan yakni, Yuliana Dwi Nugroho, 14.

Keputusan menghentikan operasi resmi diambil dalam rapat yang dilaksanakan sekitar pukul 14.00 di rumah Kepala Desa (Kades) Sendangmulyo, Darto, kemarin. Rapat dipimpin Camat Tirtomoyo Drs Tardjo Harsono, diikuti perangkat desa, perwakilan warga dan perwakilan relawan.

"Dalam rapat semua pihak sepakat operasi pencarian dihentikan, tim SAR dan relawan ditarik ke poskonya masing masing. Mereka di posko masing masing dan siap dipanggil jika sewaktu-waktu dibutuhkan," kata Tardjo.

Pernyataan senada dilontarkan Search Mission Commander (SMC) operasi SAR Tirtomoyo, Wisnu kepada koran ini. Tarjo dan Wisnu mengatakan, sesuai petunjuk pelaksanaan, kegiatan tanggap darurat pascabencana dilakukan selama tujuh hari. Namun, setelah tenggat waktu itu selesai, masih ada 6 korban yang belum ditemukan. Darto mewakili warga akhirnya minta operasi pencarian ditambah lima hari dan berakhir kemarin. " Para relawan telah bekerja sesuai prosedur selama 12 hari, hari ini (kemarin) masa perpanjangan sudah habis," kata Tardjo.

Begitu keputusan itu ditetapkan, beberapa organisasi yang mengirimkan anggotanya menjadi relawan langsung menarik pasukan masing-masing. Relawan yang ditarik kemarin antara lain SAR Wonogiri, PMI Ranting Tirtomoyo, Pegawai Puskesmas, Linmas Kecamatan, Koramil dan Polsek Tirtomoyo. "Sesuai keputusan rapat, semua anggota SAR Wonogiri kami tarik. Kami bersiap di posko jika sewaktu-waktu dibutuhkan kami langsung bergerak," kata Wisnu.

Penghentian operasi dan penarikan relawan itu sudah diberitahukan kepada Sutarmin. Dalam bencana yang terjadi Rabu (26/12) lalu, Sutarmin kehilangan istri, Suliyem serta dua anaknya Yuliana Dwi Nugroho dan Bagus Tri Nugroho. Jasad Suliyem dan Bagus beberapa hari lalu sudah ditemukan dan dikubur berdampingan.

Kepala Desa Sendangmulyo Darto mengatakan, Sutarmin legawa dengan keputuan tersebut. Darto juga mengatakan, meski operasi resmi telah dihentikan, warga desanya tetap akan melanjutkan kerja bakti membersihkan jalan kampung yang tertutup longsoran sembari mencari jasad Yuli. Timbunan tanah longsor itu membuat jalur utama Dusun Semangin putus total.

Evakuasi korban di Semangin memang lebih sulit dibanding evakuasi di dua titik longsor lain yakni Dusun Pagah dan Dusun Sanggrahan, Desa Hargantoro, Tirtomoyo. Pasalnya materi longsoran di Semangin bukan hanya tanah tetapi juga batu-batu ukuran raksasa. Batuan itulah yang membuat mempersulit gerak para pencari. Seperti diberitakan dari tiga titik longsor di Tirtomoyo ditambah satu titik longsor di Desa Bero, Manyaran total terdapat 17 korban jiwa. (ito/nan)

Monday, March 3, 2008

Reuni SMPK Tirtomoyo Lulusan 1975

Mohon di infokan kepada yang kenal dekat bhw kalau memungkinkan SMP Kanisius Tirtomoyo lulusan 1975 bermaksud mengadakan Tour Reuni ke Jogya setelah Lebaran tahun ini, peserta adalah para lulusan Ex SMPK tahun tersebut beserta keluarga, Bapak dan Ibu guru yang mengajar pada tahun tersebut, dan bapak dan ibu guru yang saat ini mengajar di SMPK.

Acara tersebut untuk menindak lanjuti reuni tahun yang lalu dimana banyak dari teman2 angkatan menghendaki temu kangen sambil jalan2.

Sponsor utama (mas Drs.H. Khalis Purwanto MM / Primagama dan Mas Eddy Poerwanto / Sumba Putra group) atur mangayu bagyo dan rencananya menginap di Jogya semalam.

Anggaran dana Iuran ex SMPK yang di Perantauan dan Sponsor utama Only ( Om Narmo balikpapan, mas Sarjono KBR jkt, mas Adit polda metro Jkt, mas Agus Subagyo Cilegon Om Tiyarso Tegal, mbak Dwi Purwaningsih Batam, Mbak Wahyuni semarang, mbak Sri Daryati kejagung jkt, mas Sriyatmoko Camat Jenar sragen, mbak Wiji lestari bandung,mas Parto Cimanggis dan lain2 yang belum sempat di hubungi).

Pengirim beritanya wonk bedun dari mBangkok (kata mbak Wiji lho)

Tunggu info selengkapnya di Tirtomoyo online
http://www.tirtomoyo.blogspot.com